Senin, 07 Maret 2011

KEONG EMAS


Tak seindah namanya.
Begitulah padanan yang pas, setidaknya menurut saya, tentang binatang yang satu ini.
Keong emas yang sudah dewasa ukurannya kira kira sebesar kepalan bayi yang baru lahir. Berkembang biak dengan cara bertelur dengan jumlah ratusan untuk sekali bertelur, dan telurnya akan selalu diletakkan diatas permukaan air pada batang padi atau rumput
Bagaimana tidak untuk binatang dengan nama yang indah dan sebenarnya bentuknya juga lumayan bagus jika dipandang, akan tetapi hewan ini sangat mengganggu terutama dilahan pertanian.
Keong emas akan sangat mengganggu karena suka sekali memakan daun padi yang baru saja ditanam hingga usia sekitar 15 hari, dimana masa masa itu tanaman padi masih sangat lemah karena daunnya baru beberapa helai saja.
Saya mempunyai pengalaman menarik bergaul dengan keong emas, yaitu pada musim tanam kali ini.
Sebelum petak sawah ditanami padi akan selalu lebih dulu dibuat pagon atau mal berupa benih benih padi juga yang nantinya pagon ini berfungsi sebagai tanda menanam padi oleh ibu ibu yang bertugas menancapkan benih padi di lahan sawah.
Pagi dah saya tancapkan, eh sore harinya sudah banyak yang ilang karena dimakan sama keong emas. Langsung saya tancapkan kembali benih benih itu, lha esoknya sudah hilang lagi, saya beri lagi, besoknya sewaktu ibu ibu tukang tanam datang lha ko' banyak yang hilang lagi.
Kayak adu cepat dengan hewan kecil ini walaupun gerakkannya lambat, klular klulur.


Pada tanaman padi usia satu hari hingga berumur 20 hari petani harus rajin mengusir hama ini. Bisa dengan cara disemprot memakai obat pembunuh keong racun. Saya jadi curiga jangan jangan ada pabrik obat-obatan yang nakalan dengan sengaja membuang benih keong emas ini ke sawah sawah supaya produknya laku di pasaran. Soalnya hama ini pada 3 atau 4 tahun yang lalu sama sekali tak ada di sawah, ya baru baru ini mengalami ledakan yang luar biasa.
Atau dengan telaten diambil satu persatu, tentunya membutuhkan waktu yang lama, karena jumlahnya ribuan. Itupun hanya bisa mengambil yang sudah besar-besar.
Saya memakai cara kedua duanya, dan resikonya telapak kaki jadi banyak luka gores karena tergores cangkang yang tajamnya seperti pecahan kaca.
Tapi ya ndak papa, itu memang resiko jadi petani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar